Selasa, 01 Januari 2013

Memutuskan Menikah

Tidak sedikit dari kawan-kawan yang terkaget-kaget mendengar keputusan saya menikah muda. Ya, itulah jalan yang harus saya ambil dan kini saya benar-benar menikmatinya.

Keputusan yang mungkin bagi sebagian orang adalah jalan terbaik, dan bagi segelintir lain adalah sebuah kekonyolan. Tanpa modal, tanpa pekerjaan, tanpa pacaran yang lama dan tanpa perencanaan!

Menjadi seorang suami muda dan sekaligus seorang bapak adalah masa depan setiap pria. Hampir semua lelaki yang mengaku dirinya adalah pejantan sejati selalu ingin mengakhiri haluannya pada tujuan yang sama, menjadi seorang suami sah dan seorang bapak dari benihnya sendiri.

Itu pula yang kini, kira-kira, sedang saya praktikkan dalam kehidupan saya. Mungkin bagi saya, kejadian tahun 2012 kemarin adalah sebuah tikungan besar dalam kehidupan saya. Benar-benar berubah total.

Beberapa hal yang membuat saya memutuskan menikah:
a. Menghindari fitnah
b. Menjauhi maksiat
c. Saya sangat menghormati, menyayangi dan mencintai calon istri saya.

Hanya dengan modal dengkul, dan beberapa perak di tabungan. Saya bisa meyakinkan keluarga saya dan keluarganya untuk memberikan restu dan izin. Ya, seperti yang sudah saya katakan. Seorang laki-laki harus bisa belajar menjadi jembatan antara dua keluarga. Membangun sebuah komunikasi yang baik, dan bisa memutuskan sebuah pilihan yang memuaskan kedua belah pihak. Juga banyak-banyak sabar.

Sabar? Sabar adalah kunci kuat dalam menjalin sebuah hubungan. Apalagi hubungan serius.

Istri saya adalah bungsu dari 9 bersaudara. Tanpa orangtua. Ayahnya meninggal ketika umurnya masih 8 bulan dan ibunya juga pergi saat umurnya 16 tahun.

Bisa dibayangkan, bagaimana saya harus melakukan lobi-lobi kuat dengan proposal nikah kepada delapan kepala dengan pandangan dan pemikiran yang beragam. Ada yang galak, nyablak, kalem sampai yang pembawaannya sangat dingin. Tapi, saya berhasil melewati semua level itu. Caranya? Ya, sabar.

Pertemuan kami tidak lama, saya ingat betul tanggal 1 Januari 2012 awal perjumpaan kami secara langsung. Sebelumnya kami hanya bisa berkomunikasi lewat internet dan beberapa social media yang ada. Intensitas perjumpaan saat itu juga hanya sebisanya saja. Tidak terlalu sering.

Januari = Awal bertemu
Februari, Maret, April = LDR
April = Lamaran
Mei = LDR dan persiapan
Juni = Menikah. Cepat bukan?
 
Mengapa bisa timbul cinta?

Bagi saya, dan sesuai apa yang saya rasa, cinta adalah reaksi dari beberapa akumulasi seperti kasih sayang, empati, simpati dan takdir. Saya pernah menaruh perhatian kepada beberapa wanita. Tapi, seperti magnit. Kalau kedua kutub tidak bisa saling tarik-menarik, maka tidak akan muncul daya. Ya, seperti cerita gayung tidak bersambut, tidak dapat restu atau tidak cocok. Semacam roman bernuansa kegalauan yang sepertinya harus dilalui setiap orang yang akan memulai hubungan serius. Tapi, selebihnya saya lebih percaya, faktor takdir sangat berperan di sini.

"Saya yakin, siapa pun yang bersanding bersama saya. Bagi saya, darinya saya berlabuh dan padanya saya pulang."

Selanjutnya, mungkin akan saya lanjutkan lain waktu.

2 komentar:

  1. ente jangan lupa... ane pernah berprediksi, pas akhir bulan ramadhan; "tak lama lagi niscaya ente akan menemukan tambatan hati". ucapan ane tu punya andil juga dalam membentuk mindset ente wuahahaha (guyon)

    kayanya ane harus banyak belajar dari ente (serius)

    BalasHapus
  2. Kayaknya nama Mamun lebih friendly ketimbang Reynaldi. Kesannya gimanaaa gitu :p

    BalasHapus