Senin, 31 Desember 2012

Bakar Uang

Mereka membakar uang mereka. Menerbangkannya ke udara. Lalu bersorak gempita. Mereka girang sekali.

Aku baru mengerti sekarang, mengapa dulu ayahku enggan ketika diajak menikmati malam tahun baru di alun-alun (di sini kami menyebutnya bundaran) kota. Jawaban beliau hanya gelengan, lalu tersenyum.

Aku selalu mencerna apa yang ada di dalam otak-otak orang-orang itu Mereka membeli petasan, kembang api, mercon dengan uang mereka lalu membakarnya. Bersorak gembira.
Ah, hiburan...

Hiburan, ya, apalagi yang dicari manusia selain hiburan. Tapi apa motifnya?
Bertambahnya tahun dan berkurangnya umur kah yang sedang mereka rayakan sekarang?
Atau, mitos kiamat 21-12-2012 yang ternyata sampai sekarang tidak terbukti?
Atau mereka melampiaskan keluh kesah selama tahun 2012 dengan menyalakan dentuman-dentuman yang kali ini harus kusebut sangat mengganggu?
Atau, sekedar mengajak orang yang sudah mulai larut dalam buaian untuk ikut merayakan dengan membangunkan mereka tidur?

Aku heran dengan perilaku latah ini.

Cukuplah dengan refleksi-refleksi ringan, menikmati liburan dengan berkumpul keluarga makan-makan atau dengan hal-hal yang lebih berguna dan MASUK AKAL.

Uang itu terbang. Tidak! Uang itu menyala, tinggi, berdentum, lalu pecah dan di bawahnya orang-orang bertepuk tangan sementara di sisi lain, orang-orang di pinggiran kedinginan dan kelaparan. Mereka lebih butuh uang daripada api.


2 komentar:

  1. Dasar cecung*k, kadal bin**t, kecoa bu*ting, cicak b*u, dinosaur*s... kau membangun eksistensi baru di sini... mau menandingi kepopuleranku ... bah!

    BalasHapus
  2. Janganlah begitu, kakanda.

    Diriku dan dirimu ibarat sungai dan lautan. Muara kita sama, aliran kita berbeda :D

    hahaha

    BalasHapus