Selasa, 23 Oktober 2012

Cadel

Masih lumayan sulit untuk berujar lancar. Aku terus berusaha, tidak sekali saja. Aku pernah menjalani masa-masa seperti saat ini. Aku yakin, kalimat pertamaku nanti bukan ba-bi-bu saja. Aku ingin mengucapkan hore! sekaligus.

Aku percaya, lidah ini harus sering digerakkan agar lancar berujar. Aku rindu celotehan-celotehan lucu, kadang gumaman amarah, atau bahkan sekedar dendangan dengung tak jelas tentang sebuah lagu. Aku rindu pengungkapan perasaan lewat suara itu. Aku ingin seperti itu.

Lidah ini akan terus ku latiih sampai terlipat. Telinga ini pula tak akan aku tutup dari suara apapun, walau sampai suara kentut sekalipun.

Doakan aku, kawan. Sampai nanti aku bisa, menyuarakan apa yang aku baca dari tatapan matamu. :)

Film: Dredd 2012

Kesuntukan itu berhasil membawaku dan istriku berlabuh di sebuah gedung yang di sini sering disebut mall. Di jalan aku memutuskan untuk menonton saja. Sudah lama tidak menghabiskan waktu berdua dengan istri.

Setiba di bioskop, kegamangan muncul lagi. Film apakah yang akan kami tonton? Setelah proses yang dipersingkat, walhasil lewat rekomendasi teman, kami memutuskan menonton film Dredd 2012 dengan subjudul Judgement Is Coming.

Perkiraanku sebelumnya, studio akan langsung penuh. Tapi kebanyakan penonton datang di tengah acara. Aku pikir, mereka adalah pasangan-pasangan abege yang terjebak di studio dan bingung menonton apa, akhirnya memutuskan menonton film ini.

Awal cerita, tidak ada yang trengginas seperti yang terlukis di iklan. Mungkin karena aku belum pernah menonton film berjudul yang sama sebelumnya. Aku hanya meraba-raba, mencoba untuk tidak melewatkan adegan-adegan kunci dalam film ini. Tapi aku kecele, film ini terlalu simpel.

Bersetting di tahun antah berantah, film ini menggambarkan situasi dunia yang kian mundur seiring majunya zaman. Alkisah di sebuah wilayah bernama Mega City One terdapat beberapa gerombolan pengacau keamanan. Seperti biasa dalam film-film superhero, ada musuh, ada jagoan dan ada kasus. Kali ini yang menjadi musuh besar adalah seorang wanita ganas yang biasa dipanggil Ma-Ma. Beliauwati terkenal kejam, juga licik. Kasus besarnya selain pembunuhan adalah pembuatan obat-obatan terlarang yang disebut Slow-Mo.

Jagoan kali ini ditokohkan pada Dredd, hakim senior. Dan Anderson, hakim junior yang cantik dan ajaib.

Overall, seperti pertunjukan biasa. Kami tidak dipaksa terlalu banyak berfikir. Hanya duduk, dan menikmati sajian-sajian aksi dari layar. Tidak ada hal yang menonjol selain kemampuan Karl Urban memerankan Dredd yang tak pernah dibuka helmnya.

Dari awal sajian, kami terus dibayangi oleh film The Raid: Redemption. Semuanya hampir sama. Plot, scene, dan setting lokasi. Seperti game arcade di mana musuh besar selalu berada di akhir cerita. Clue-clue cerita pun bertebaran di mana-mana. Aku pikir, Pete Travis sudah malas bekerja keras mencari plot yang rumit. Dia hanya ingin menyajikan efek-efek grafis dan darah.

Jangan harap pula bisa menyaksikan aksi laga bak Iko Uwais dalam film ini. Dalam segi aksi laga, film ini minim sekali. Yang banyak hanyalah adegan hide and seek.



Tapi, jujur. Selepas pulang dari bioskop. Mau tidak mau aku merasa terinspirasi cara Judge Dredd mengendarai motornya yang cool. Cuma itu saja.

Warung Kopi

"Mari, silakan duduk.."
Sebuah adegan pembuka yang hangat. Lambat laun para pemirsa, termasuk aku mulai menikmati sajian hiburan ini. Cukup murah. Hanya dengan membeli secangkir kopi susu dan beberapa potong gorengan. Aku bisa menjumpai ensiklopedia raksasa di muka bumi. Segala ada di sini. Tidak perlu repot-repot berdasi, tidak perlu pula mengenakan pita tanda pengenal. Hanya duduk saja, dengar dan perhatikan.

Mungkin aku biasa menyaksikan acara para Lawyer yang tersohor itu. Yang di dalamnya orang-orang berdasi, berbatik serta mengenakan pita khusus duduk di sebuah meja bundar. Bergiliran mereka bicara, digilir pula mic- di meja-meja. Ada yang pitam, ada yang kalem. Tapi terlalu tegang. Keningku pegal karena sering berkerut.

Tapi di sini, di warung kopi ini. Semuanya hangat. Bisa jadi tegang sejenak, tapi setelah seruputan kopi mencapai ampasnya. Semuanya hangat lagi. Sesekali asap flamboyan dari rokok-rokok dua belas ribuan ikut berhembus dengan isu-isu. Seru, aku  pun asyik masyuk. 

Kamu ingin membahas selebriti, kawan? Ada di sini. Mereka tak kalah dari ibu-ibu yang biasa berkerumun di gerobak tukang sayur. Ayo, apa lagi? Membahas ekonomi, politik, sejarah, kebudayaan, reliji, hiburan, musik, sampai hal terkecil seperti (susah kentut) pun di bahas di sini. 

Seperti kopi. Kamu hanya perlu menyeruput kopinya saja, tak perlu ampasnya. Di warung kopi pun, kamu hanya perlu mengambil positifnya. Yang buruk-buruk. Tinggalkan. Bikin penyakit!

Semacam Perkenalan

Kita sebenarnya sudah saling mengenal lama. Namamu sering aku eja. Namaku pun dalam mimpi sering engkau bawa. Masing-masing dari kita punya panggilan mesra. Mata.

Aku suka tatapan nanarmu. Aku paham kalau kamu belum mengerti. Atau mungkin kamu sudah mengerti, tapi tidak mau tahu. Aku mengerti.

Begitupun juga, kamu suka menatap mataku. Kamu bilang, kamu bisa melihat kejujuran di sana. Tapi, kupikir kamu hanya melihat bayanganmu di situ.